Manfaatkan Maggot, Biomagg Olah Sampah Jadi Pakan dan Kompos [Gatra]
Depok, Gatra.com – Biomagg Sinergi Internasional, anak perusahaan dari AWINA Group, bekerjasama dengan Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kekautan dan Perikanan (KKP), Depok, Jawa Barat mengembangkan pakan dan kompos dari sampah organik yang dihasilkan oleh maggot atau larva dari lalat hitam BSF (Black Soldier Fly).
Chief Executive Officer (CEO) Biomagg Sinergi Internasional, Aminudi mengatakan pihaknya mengumpulkan sampah-sampah organik dari restoran dan hotel di Margonda, Depok. Dalam sehari, Biomagg bisa mendapatkan kiriman sampah sebanyak 100 ton dari 30 hotel dan restoran.
“Kita edukasi hotel dan restoran di Depok dengan dinas [kebersihan]. Dinas membawanya kemari untuk kita olah,” ujarnya.
Ia mengklaim pihaknya mampu memproduksi 100 kg maggot tiap hari yang siap panen. Maggot tersebut dijadikan pakan untuk ikan dan unggas.
“Sampah yang sudah dicacah kita kasih ke maggot. Setelah dua minggu kita dapat 10% sampah kompos dari tonase sampah,” katanya. Ia mencontohkan dari 1 ton sampah dihasilkan sebanyak 100 kg kompos.
“Untuk tanaman-tanaman yang dipanen untuk vegetatifnya atau daun, pemberian pupuk 10% kompos memberi dampak [hasil] yang sama dengan pupuk sintesis lainnya,” tambah Aminudi.
Namun produk tersebut belum dikomersialkan secara luas. Pakan tersebut dijual kepada komunitas dan digunakan untuk riset balai, sedangkan pupuk masih digunakan untuk kebutuhan internal.
Dirinya menjelaskan harga di tingkat ritel sebesar Rp15.000/100g dan dalam bentuk bulky (karung) sebesar Rp85.000/kg.
“Ada beberapa stakeholder yang mau beli tapi masih kita pakai sendiri. Masih belum mencukupi,” tuturnya.
Selain bekerjasama dengan Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Biomagg juga memiliki unit pengolahan sendiri di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Business Advisor AWINA Group, Dr Ichsan menjelaskan bahwa daur hidup BSF berlangsung selama 44 hari. Siklusnya dimulai dari telur, larva, prepupa, pupa, hingga menjadi lalat yang kemudian kawin dan bertelur.
Menurutnya sampah yang tidak bisa dicerna oleh maggot dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku mesin karbonisasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan baku deterjen, biofertilizer, dan nutrisi tanah.
“Barulah sirkular ekonomi dapat dicapai, dimana semua sampah dapat terolah semuanya dan masyarakat mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari pengolahan sampah ini,” ujarnya.
Sementara itu Manager Riset dan Lapangan Biomagg Sinergi Internasional, Muhammad Faqih menyebutkan bahwa maggot yang dipanen berusia dua minggu (tahap larva). Maggot yang baik berwarna putih dan panjang.
“Prepupa sudah mulai hitam [setelah dua minggu]. Saat hitam beberapa hewan tidak suka karena sudah mulai keras,” ucap Faqih.